Agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang atau kelompok terhadap orang atau kelompok lain yang sejatinya dilakukan dengan sengaja.
Perspektif Agresi menurut para ahli:
Perspektif Agresi menurut para ahli:
- Perspektif Biologis
Menekankan
pada tingkah laku hewan sebagai rujukan tingkah laku manusia karena
agresifitas manusia sama halnya dengan agresifitas hewan dan
fungsi-fungsi alami organ tubuh. Jadi pada perspektif ini
menyimpulkan bahwa agresifitas merupakan hal yang alami (Konrad Lorenz)
- Perspektif Psikoanalisis
Perspektif
ini melihat agresi merupakan bagian dari insting yang merupakan
bawaan alami manusia. Dan dalam perspektif ini insting dibagi menjadi 2 jenis yaitu : insting untuk hidup =eros (tolong-menolong) dan insting mati = tanathos (melukai). (Sigmund Freud).
- Perspektif Behavioristik
Pada
perspektif ini melihat bahwa perilaku agresi adalah salah satu bentuk
tingkah laku yang rumit. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran,
yang artinya bahwa agresivitas tidaklah alami. Jadi perspektif ini
menjelaskan bahwa agresi merupakan tingkah laku sosial yang
dipelajari. (Bandura)
Jenis-jenis Agresi menurut Myers :
- Agresi Rasa Benci = Agresi Emosi (Hostile Aggression)
Adalah
ungkapan rasa marah yang ditandai dengan emosi yang tinggi. Dimana
pelaku hanya bertujuan untuk melampiaskan emosinya akan tetapi pelaku
tidak memikirkan dampak dari perbuatannya dan ia tidak perduli karena
hanya melampiaskan emosi.
- Agresi sarana mencapai tujuan (instrumental Agression)
adalah
suatu perilaku yang menggunakan agresi untuk memperoleh tujuan
praktis dengan melukai orang lain. Akan tetapi dalam agresi ini tidak
disertai emosi dan biasanya antara pelaku dengan korban tidak ada
hubungan pribadi. Karena
agresi merupakan sarana untuk mencapai tujuan.
Contoh Kasus Agresi Dipengaruhi Media Massa
Seorang bocah SD di Cinere, Depok, umur 12 tahun – mungkin kelas 6 SD – melakukan penusukan pada teman sekolahnya hanya gara-gara HP. Korbannya bernama Syaiful, juga berumur 12 tahun, nyawanya berhasil diselamatkan karena tubuhnya diitemukan seorang tukang sampah di selokan, lalu segera dilaporkan dan dibawa ke rumah sakit. Sampai saat ini Syaiful masih dirawat karena luka di tubuhnya cuktp par`h. Setelah berhasil diselamatkan, Syaiful mengaku siapa yang berusaha membunuh dirinya.
Sayangnya, maksud baik sang guru belum terlaksana, si X sudah keburu mengajak Syaiful ke suatu tempat yang sepi yang memang sudah direncanakannya. Di tempat itulah, kemudian tanpa didahului pertengkaran, si X yang memang sudah membawa pisau belati besar di dalam tas sekolahnya, menusuk Syaiful. Ada sejumlah 8 tusukan keji dihunj`mkan ke tubuh Syaiful di bagian perut, paha betis, tangan. Semua tusukan itu telbus bahkan usus Syaiful sampai terburai.
Setelah yakin Syaiful mati, si X kemudian menyeret tubuhnya ke selokan dan membuangnya ke dalam selokan agar tak mudah ditemukan. Jika saja tak segera ditemukan tukang sampah yang membersihkan selokan, mungkin saja Syaiful menemui ajalnya. Pihak RS menyatakan sedikit saja terlambat diselamatkan, nyawa Syaiful melayang. Saat ini kondisinya masih cukup kritis di RS Fatmawati.
ANALISIS
Pada
kasus yang terjadi diatas menandakan bahwa media massa sangat
berpengaruh dalam membentuk perilaku agresi pada diri individu.
Dimana dalam kasus tersebut anak yang berusia 13 tahun dapat
melakukan suatu tindakan penusukan kepada temannya sendiri yang secara logika tidak
mungkin anak dalam usia sedini ini melakukan hal tersebut. Hanya
karena sering melihat informasi pembunuhan, penganiayaan dan
penyiksaan serta film action yang terdapat di media elektronik. Yang
mengakibatkan anak tersebut meniru tindakan yang ada di film tersebut
tanpa memikirkan dampak dari perbuatannya.
Apabila
kita hubungkan dengan agresi, kita dapat menyimpulkan bahwa tindakan
anak tersebut sudah termasuk ke dalam perilaku agresi, karena anak
tersebut dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai koban. Yang
mengakibatkan kerugian pada korban. Perilaku agresi yang muncul pada
diri anak tersebut diakibatkan adanya rasa frustasi yang terjadi pada
anak tersebut yang dikarenakan gagal dalam mencapai tujuan untuk
mencuri handphone milik orang tua korban. Yang mengakibatkan anak tersebut (pelaku) nekat untuk melampiaskan emosinya dengan cara yang bisa dibilang cukup sadis yaitu dengan cara menusuk sebanyak delapan kali pada tubuh korban yang mengakibatkan korban kritis.
Dan
dalam kasus ini juga semakin menguatkan bahwa agresi merupakan
perilaku yang dipelajari. Sesuai dengan prespektif behavioris dari
Bandura yang menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil dari
proses belajar sosial melalui pengamatan terhadap dunia sosial.